Sekolah Mencetak Darah Biru

Mar 28, 2023 - 04:09
 0
Sekolah Mencetak Darah Biru
Foto ilustrasi oleh cottonbro studio di Pexels

Dengan terus meningkatnya jumlah sarjana yang dihasilkan pendidikan tinggi justru berbanding terbalik dengan jumlah lapangan pekerjaan yang tersedia sehingga hal ini menyebabkan munculnya masalah baru yang menjadi PR besar bagi pemerintah. Keadaan yang demikian disebabkan karena suatu lembaga pendidikan menghasilkan lulusan atau individu yang masih berorientasi pada mencari lapangan pekerjaan, bukan menciptakan lapangan pekerjaan.

Kami yang kesehariannya menjadi guru sering bertanya kepada siswa kami: apa cita-cita mereka kelak setelah dewasa? Jawabannya bervariasi, mulai dari ingin menjadi presiden, dokter, polisi, tentara, pegawai, pilot dan sebagainya. Tidak ada yang salah dengan itu. Akan tetapi sangat jarang peserta didik kami ingin menjadi pengusaha atau pebisnis. Kebanyakan dari mereka selalu ingin menjadi “priayi” sebagaimana cita-cita orang pada umumnya. Priayi adalah istilah dalam kebudayaan Jawa lama untuk kelas sosial dalam golongan bangsawan. Suatu golongan tertinggi dalam masyarakat karena memiliki keturunan dari keluarga kerajaan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Priayi adalah orang yang termasuk lapisan masyarakat yang kedudukannya dianggap terhormat, misalnya golongan pegawai negeri.

Kenapa bisa terjadi? Karena nilai-nilai kewirausahaan belum terintegrasi dalam sistem pendidikan kita saat ini, sehingga karakter wirausaha tidak tertanam kuat pada diri dan jiwa peserta didik.

Demi Indonesia Maju

Kewirausahaan adalah suatu sikap, jiwa dan kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru yang sangat bernilai dan berguna bagi dirinya dan orang lain. Kewirausahaan merupakan sikap mental dan jiwa yang selalu aktif atau kreatif berdaya, bercipta, berkarya dan bersahaja dalam rangka meningkatkan pendapatan dalam kegiatan usahanya.

Dari beberapa konsep menunjukkan seolah-olah kewirausahaan identik dengan kemampuan para wirausaha dalam dunia usaha (business) semata. Dalam kenyataannya, karakter wirausaha kemungkinan juga dimiliki oleh seorang yang bukan wirausaha. Wirausaha mencakup semua aspek pekerjaan, baik karyawan swasta maupun pemerintahan (Soeparman Soemahamidjaja, 1980). Wirausaha adalah mereka yang melakukan upaya-upaya kreatif dan inovatif dengan jalan mengembangkan ide, dan meramu sumber daya untuk menemukan peluang (opportunity) dan perbaikan (preparation) hidup (Prawiro- kusumo, 1997). Kewirausahaan (entrepreneurship) muncul apabila seseorang individu berani mengembangkan usaha-usaha dan ide-ide barunya. Proses kewirausahaan meliputi semua fungsi, aktivitas dan tindakan yang berhubungan dengan perolehan peluang dan penciptaan organisasi usaha (Suryana, 2001).

Pendidikan Kewirausahaan kemudian menjadi penting untuk kita perhatikan, sebab jika kita integrasikan dengan serius dan betul-betul matang ke dalam sistem pendidikan maka akan berujung kepada terbentuknya pribadi yang kreatif dan inovatif, yang menjadi bekal serta modal awal untuk menghadapi tantangan perubahan zaman.

Pendidikan Kewirausahaan di Sekolah

Pendidikan kewirausahaan bertujuan untuk membentuk manusia secara utuh (holistik), sebagai insan yang memiliki karakter, pemahaman dan keterampilan sebagai wirausaha. Pada dasarnya, pendidikan kewirausahaan dapat diimplementasikan secara terpadu dengan kegiatan-kegiatan sekolah lainnya. Pelaksanaan pendidikan kewirausahaan dilakukan oleh kepala sekolah, guru, te- naga kependidikan (konselor), peserta didik secara bersama-sama sebagai suatu komunitas. Pendidikan kewirausahaan diterapkan ke dalam kurikulum dengan cara mengidentifikasi jenis-jenis kegiatan di sekolah yang da- pat merealisasikan pendidikan kewirausahaan dan direalisasikan peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini, program pendidikan kewirausahaan di sekolah da- pat diinternalisasikan melalui berbagai aspek.

 

1.Pendidikan Kewirausahaan Terintegrasi Dalam Seluruh Mata Pelajaran

Internalisasi dalam pembelajaran akan membentuk kesadaran akan pentingnya nilai-nilai kewirausahaan, terbentuknya karakter wirausaha dan pembiasaan nilai-nilai kewirausahaan ke dalam tingkah laku peserta didik sehari-hari. Pembelajaran itu berlangsung di dalam maupun di luar kelas pada semua mata pelajaran yang ada di sekolah. Langkah pengintegrasian ini bisa dilakukan pada saat menyampaikan materi, melalui metode pembelajaran maupun melalui sistem penilaian.

2. Pendidikan Kewirausahaan yang Terpadu Dalam Kegiatan Ekstra Kurikuler

Kegiatan Ekstra Kurikuler adalah kegiatan pendidik- an di luar mata pelajaran dan pelayanan konseling untuk membantu pengembangan peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga kependidikan yang berkemampuan dan berkewenangan di sekolah/madrasah. Visi kegiatan ekstra kurikuler adalah berkembangnya potensi, bakat dan mi- nat secara optimal, serta tumbuhnya kemandirian dan kebahagiaan peserta didik yang berguna untuk diri sendiri, keluarga dan masyarakat. Misi ekstra kurikuler adalah (1) menyediakan sejumlah kegiatan yang dapat dipilih oleh peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka; (2) menyelenggarakan kegiatan yang memberikan kesempatan peserta didik mengespresikan diri secara bebas melalui kegiatan mandiri dan atau kelompok.

3. Pendidikan Kewirausahaan Melalui Pengembangan Diri

Pengembangan diri merupakan kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran sebagai bagian integral dari kurikulum sekolah/madrasah. Kegiatan pengembangan diri merupakan upaya pembentukan karakter, termasuk karakter wirausaha dan kepribadian peserta didik yang dilakukan melalui kegiatan pelayanan konseling berkenaan dengan masalah pribadi dan kehidupan sosial, kegiatan belajar, dan pengembangan karir, serta kegiatan ekstra kurikuler. Pengembangan diri yang dilakukan dalam bentuk kegiatan pengembangan kompetensi dan kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari peserta didik. Pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat, kondisi dan perkembangan peserta didik, dengan memperhati- kan kondisi sekolah/madrasah.

4. Perubahan Pelaksanaan Pembelajaran Kewirausahaan dari Teori ke Praktik

Dengan cara ini, pembelajaran kewirausahaan diarahkan pada pencapaian tiga kompetensi yang meliputi penanaman karakter wirausaha, pemahaman konsep dan skill, dengan bobot yang lebih besar pada pencapaian kompetensi jiwa dan skill dibandingkan dengan pemahaman konsep. Dalam struktur kurikulum SMA, pada mata pelajaran ekonomi ada beberapa kompetensi dasar yang terkait langsung dengan pengembangan pendidikan kewirausahaan. Mata pelajaran tersebut merupakan mata pelajaran yang secara langsung (eksplisit) mengenalkan nilai-nilai kewirausahaan, dan sampai taraf tertentu menjadikan peserta didik peduli dan menginternalisasi nilai-nilai tersebut. Salah satu contoh model pembelajaran kewirausahaan yang mampu menumbuhkan karakter dan perilaku wirausaha dapat dilakukan dengan cara mendirikan kantin kejujuran, koperasi siswa dan sejenisnya.

Semoga dengan bekal karakter dan kewirausahaan, peserta didik mampu berkontribusi di tengah-tengah ma- syarkat setelah keluar dari dunia pendidikan serta mampu meningkatkan kesejahteraan diri, keluarga, serta ling- kungan sekitarnya sehingga terwujudnya cita-cita Bangsa Indonesia yang termuat dalam Pancasila yaitu “Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow

Sahabat Guru Inspirasi Indonesia Maju