Mengenali Anak-Anak yang Sulit Belajar

May 23, 2023 - 02:18
Jun 5, 2023 - 05:08
 0
Mengenali Anak-Anak yang Sulit Belajar
Foto ilustrasi oleh jcomp di Freepik

Guru dan pendidik pasti menemui anak-anak yang sulit belajar. Dalam ilmu pedagogi dan psikologi dikenal sebagai problema kesulitan belajar atau Learning Disability. Anak yang mengalami kesulitan belajar nyaris tidak terlihat, karena mereka memiliki taraf kecerdasan yang normal, bahkan jauh melampaui di atas rata-rata. Mereka biasanya tampak tertinggal dalam beberapa area tetapi masih normal pada area kemampuan yang lain. Sebenarnya yang dialami anak-anak learning disability ini adalah mendapatkan prestasi yang tidak sesuai dengan harapan (unexpected underachievement). Ada kesenjangan antara yang seharusnya mampu mereka lakukan dengan apa yang sebenarnya dapat mereka lakukan.

Problema kesulitan belajar ini disinyalir sebagai cacat saraf (neurological handicap) yang mempengaruhi kemampuan otak anak untuk mengerti, mengingat dan mengkomunikasikan informasi. Kerusakan saraf yang terjadi ini dapat berakibat menganggu pada fungsi otak lainnya, yang menyebabkan masalah akademik. Kondisi ini tidak permanen. Tergantung penanganannya Namun karena ketidaktahuan kita, para guru dan orang tua, seringkali menyebabkan mereka dicap dengan kesan yang salah seperti “anak dungu, anak kurang ajar atau anak malas”. Pernyataan-pernyataan seperti ini justru membuat anak semakin depresi. Sebaiknya dihindari.

Mengenali Perilaku Learning Disability  

Beberapa perilaku yang biasanya muncul pada anak Learning Disability adalah:

  • Jangka perhatian yang pendek:

Mereka sangat mudah terganggu, cepat bosan dengan aktivitas baru, pindah dari satu kegiatan ke kegiatan lain dan sering meninggalkan pekerjaan yang belum selesai.

  • Kesulitan mengikuti arah:

Anak-anak Learning Disability seringkali bertanya berulang kali, minta petunjuk untuk hal-hal yang mudah sekalipun, karena instruksi yang diberikan tidak sepenuhnya dipahami.

  • Ketidakmatangan sosial:

Kebanyakan anak-anak Learning Disability berperilaku seperti anak dengan usia di bawahnya, bersifat kekanak-kanakan.

  • Kesulitan dalam melakukan percakapan:

Mereka seringkali kesulitan menemukan kata yang tepat dalam melakukan percakapannya.

  • Tidak Fleksibel:

Nah, anak-anak dengan kesulitan belajar cenderung keras kepala dalam hal mempertahankan caranya mengerjakan sesuatu. Ia akan menolak untuk menerima saran ataupun mau menerima pertolongan orang.

  • Perencanaan dan keterampilan organisasi buruk:

Mereka seringkali terlambat. Dan jika diberikan beberapa tugas sekaligus, ia tidak memiliki gagasan harus memulainya dari mana.

  • Absentmindedness:

Anak-anak yang memiliki kesulitan belajar seringkali lupa membuat PR, kehilangan baju dan miliknya yang lain. Ia suka bermasalah dengan janji yang dibuatnya.

  • Ceroboh:

Ada lagi karakter lain anak-anak Learning Disability, yakni mereka tampak kikuk dan kurang terkoordinasi; sering terbentur, dan menjatuhkan barang, menumpahkan sesuatu, tulisan tangan buruk.

  • Pengendalian diri buruk:

Anak Learning Disability akan menyentuh apapun yang menarik minatnya, mengomentari apa yang ia lihat tanpa berpikir panjang sebab akibatnya, memotong pembicaraan, dan menerobos antrian.

Tanda-Tanda Learning Disability

Masalah-masalah yang dihadapi anak Learning Disability adalah masalah yang menyangkut kemampuan akademik dasar seperti membaca, menulis dan berhitung (calistung). Hal ini menyebabkan anak-anak Learning Disability sulit diidentifikasi. Diperlukan waktu yang cukup untuk observasi, wawancara dan penilaian satu-persatu. Disarankan agar orangtua tidak menunggu waktu lama untuk memutuskan anaknya mengidap Learning Disability, dengan mengenal 6 tanda dibawah ini:

1. Perkembangan yang terlambat.

Learning Disability baru dapat diketahui pada saat anak memasuki masa sekolah. Kemampuan anak yang jauh berbeda atau tertinggal dengan teman-teman seusianya menjadi salah satu indikator bahwa ada sesuatu yang salah pada diri anak. Jadi bandingkanlah perilaku anak Anda dengan perilaku anak seharusnya pada usia kalendernya.

2. Penampilan yang tidak konsisten.

Anak Learning Disability menampilkan perilaku yang tidak konsisten. Ia bisa saja mampu melakukan soal matematika yang diberikan guru saat ini tetapi kemudian jika diminta lagi melakukan soal tersebut pada pekan depan, maka ia tidak mampu melakukannya. Ada juga anak yang tulisannya jelek tetapi hasil lukisannya baik.

3. Kehilangan minat belajar.

Sebenarnya anak-anak Learning Disability suka belajar, namun antusiasme mereka semakin berkurang begitu masuk sekolah karena mereka mengalami gangguan dalam memproses informasi, di mana dibutuhkan daya ingat dan pengorganisasian informasi dalam jumlah besar. Biasanya tanda yang amat jelas adalah:

• suka menunda pekerjaan (prokastinator),

• sering mengeluh pusing, sakit perut, dan ijin untuk tidak masuk sekolah.

• sering mengeluh hal-hal yang tidak berhubungan dengan kegiatan belajar

• mengeluh pelajarannya terlalu susah.

• mengeluh pelajarannya membosankan

• jika ditanya tentang sekolah, anak hanya menjawab tidak ada apa-apa, baik-baik saja.

• anak tidak menunjukkan hasil pekerjaan sekolahnya pada orangtua.

• tidak dapat mencapai prestasi seperti yang diharapkan.

Adanya kesenjangan antara potensi dan prestasi yang ditunjukkan anak dapat menjadi tanda utama bagi orangtua. Meskipun nilai anak sudah mencapai tingkat rata-rata, orangtua harus tetap memantau perkembangan anak, karena bagi anak-anak dengan IQ tinggi, prestasi yang dihasilkannya dapat mencapai jauh di atas rata-rata.

Problema Lanjut Learning Disability

Anak Learning Disability umumnya bermasalah dalam berperilaku. Dan hal ini sudah terlihat sejak bayi. Bagi anak yang mengalami kesulitan dalam persepsi visual dan bahasa, mereka mengalami kesulitan dan memahami dan mengi- ngat informasi, sehingga sering terkesan anak sukar diatur dan kasar. Ada perubahan mood yang menyolok.

Anak Learning Disability kemudian dianggap sebagai anak yang keras kepala, malas, tidak peka, tidak bertanggung jawab dan tidak mau bekerja sama. Anak sering menganggap dirinya bodoh yang akan menurunkan motivasi akademis mereka. Anak Learning Disability rentan terhadap situasi yang disebut learned helplessness, kondisi di mana mereka sudah putus asa dan berhenti mencoba. Ini karena kurangnya kepercayaan dan harga diri. 

Peran Guru, Orang Tua

Kesulitan belajar hanya bisa diatasi dengan memberikan pelajaran dengan cara yang berbeda. Kita tentu mengetahui sejumlah tokoh besar yang mengalami kesulitan belajar di masa kanak-kanak, namun berhasil di kemudian hari. Seperti Albert Einstein, Thomas Alfa Edison, Sydney Sheldon, Roosevelt hingga wakil presiden, Rockefeller. Keberhasilan mereka dalam belajar adalah dikarenakan mereka belajar dengan cara yang berbeda.

Jadi untuk membantu anak kita mengatasi kesulitan belajar yang mereka alami, alangkah baiknya bila kita memahami berbagai tipe gaya belajar dan menerapkan kepada mereka. Mengajar adalah tentang memberi inspirasi, membangkitkan rasa ingin tahu dan rasa percaya diri anak-anak kita. Sekali lagi: anak-anak kita itu sebenarnya tidak memiliki problem kesulitan belajar secara permanen. Itu hanya karena mereka bisa belajar dengan cara yang berbeda.

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow

Sahabat Guru Inspirasi Indonesia Maju