Memaksakan anak mendapat ranking tinggi adalah kebodohan

Tidak ada salahnya orang tua mengupayakan anaknya mendapat peringkat teratas. Memang nilai tersebut akan terpakai dalam beberapa hal. Akan tetapi, janganlah sekali-kali memaksa anak agar meraih ranking atas karena hanya akan menyusahkan mereka dan justru berpotenssi membuat sang anak berbuat curang

Aug 25, 2023 - 06:14
Aug 15, 2023 - 07:30
 0
Memaksakan anak mendapat ranking tinggi adalah kebodohan
ilustrasi oleh freepik

Semua orang tua pasti mempunyai harapan yang tinggi kepada anak-anaknya. Melihat anaknya sukses, meraih prestasi yang membanggakan, atau sekedar masuk peringkat 5 besar di kelas sudah cukup membuat mereka senang. Banyak orang tua yang mendukung anaknya agar memperoleh peringkat teratas di kelas, namun sangat disayangkan karena beberapa orang tua malah memaksakan anak agar masuk peringkat atas. Pemaksaan seperti ini justru hanya akan menambah beban bagi sang anak sendiri sehingga ia malah semakin kesulitan meraih peringkat teratas. Padahal, perlu diingat bagi semua orang tua bahwa semua anak itu memiliki kelebihan dan kekurangannya keunikannya tersendiri.

 

Dapat dimengerti jika orang tua ingin yang terbaik bagi anaknya. Namun perlu disadari juga bahwa memaksakan kehendak kepada sang anak hanya demi memuaskan ego berarti anda sama saja menghancurkan anak anda sendiri. Lagipula coba pikirkan lagi baik-baik: mendapat peringkat teratas berarti memiliki nilai yang tinggi, yang belum tentu berkorelasi penuh dengan kepintaran sang anak di kelas. Bisa saja sang anak mendapat peringkat tinggi dari hasil mencontek atau perbuatan curang lainnya, siapa yang tahu? Hal lain seperti cara belajar masing-masing anak yang berbeda, cara guru menjelaskan materi yang tidak semua murid suka, hingga kemampuan otak tiap anak yang berbeda juga mempengaruhi outputnya sang anak dalam kelas (dalam hal ini nilai yang diperoleh). Maka cobalah berpikir lagi apakah memaksakan kehendak kepada anak merupakan yang terbaik bagi mereka? Atau justru hanya menyiksa mereka? Atau jangan-jangan sang anak mencontek karena tuntutan orang tua?

 

Orang tua seringkali berdalih bahwa ini semua termasuk dalam bagian mendidik, ini adalah kekeliruan yang sangat besar. Dalam mendidik anak pastikan tujuannya adalah benar-benar memberikan pelajaran yang benar, dengan cara yang baik. Jika ada orang tua yang ingin anaknya mendapat hasil yang maksimal, sudahkah mereka memperhatikan banyak faktor seperti kondisi sang anak di sekolah, apakah anak nyaman di sekolah atau tidak? Apakah ada yang merundung mereka di sekolah? Adakah suatu hal yang mengganjal selama belajar di sekolah? Jika ada, bantu lah mereka agar kembali merasa nyaman di sekolah. Jangan hanya tau menuntut nilai bagus saja tanpa memedulikan keadaan anak selama bersekolah. Dan bukan hanya di sekolah, di rumah pun juga demikian apakah mereka nyaman atau tidak? Jangan harap anak akan fokus meraih hasil terbaik jika yang mereka dapatkan hanyalah tekanan fisik dan psikis dari orang tua yang seharusnya menjadi pendukung mereka. Faktor lain yang agak kurang disorot seperti gizi juga memiliki peran dalam kemampuan anak menyerap pelajaran. Sudahkah orang tua menyediakan makanan yang bergizi untuk tumbuh kembang anaknya? Jika belum pernah melakukan semua hal itu, maka orang tua tersebut tidak berhak menuntut lebih kepada sang anak.

 

Beberapa orang tua juga ada yang mulai memaksakan anaknya agar mendapat ranking teratas disebabkan teman anaknya yang lain berhasil meraih peringkat teratas. Padahal kalau diperhatikan lagi, bisa jadi anak yang mendapat peringkat teratas itu mendapat dukungan penuh dari orang tuanya mulai dari membiayai les, memberikan makanan yang mencukupi kebutuhan gizi, hingga tidak memberi beban belajar yang berat. Maka dari itu sangat diharapkan bagi orang tua agar melakukan refleksi mengapa anaknya tidak kunjung mendapat peringkat teratas. Jika sang anak memang tipe slow learner maka mohon agar jangan dipaksa karena itu akan menyiksa mereka. Mulai lah menerima fakta bahwa tidak semua anak da[pat disamakan dalam hal akademik namun tetap mendukung anaknya dalam belajar. Karena bagaimanapun juga sangat tidak bijak memaksa anak hanya demi mendapat sebuah angka di atas kertas. Lebih baik B dari usaha sendiri dibanding A dari kecurangan yang akan menghancurkan sang anak suatu hari nanti.

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow

Darma Putra Kusuma Wijaya Saya adalah mahasiswa jurusan Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan, Universitas Gadjah Mada. Saat ini saya memiliki ketertarikan dalam isu pendidikan di Indonesia