Link And Match Plus, Sinkronisasi dengan Adab

Jun 18, 2023 - 05:00
 0
Link And Match Plus, Sinkronisasi dengan Adab
Foto ilustrasi dari wikipedia

Konsep Keterkaitan dan Kesepadanan (Link and Match) antara dunia pendidikan dan dunia kerja (industri) pertama kali dicetuskan oleh Menteri Pendidikan Nasional Prof. Dr. Wardiman Djojonegoro tahun 1990-an. Konsep ini dimaksud untuk menekan angka pengangguran dari tingkat menengah sampai ke perguruan tinggi.

Link and Match dunia pendidikan dan industri dalam meningkatkan daya saing tenaga kerja dan industri sangat penting bagi perekonomian nasional. Ditengarai adanya mismatch jenis dan kualitas kompetensi supply tenaga kerja yang dihasilkan dunia pendidikan dengan permintaan (kebutuhan) tenaga kerja oleh dunia kerja. Keadaan ini jelas memperburuk keadaan tenaga kerja di Indonesia yang secara langsung mengakibatkan relatif rendahnya kapasitas dan daya saing usaha khususnya dunia industri sebagai sektor utama dalam perekonomian industri.

Tulisan ini juga memberikan solusi efektif dalam mempertautkan kesesuaikan kualitas tenaga kerja yang dihasilkan oleh dunia pendidikan dengan kebutuhan dunia usaha yang pada gilirannya akan berkontribusi secara signifikan dalam memperkuat daya saing ekonomi Indonesia.

 

Kompetensi Dunia Kerja

Ada tiga komponen yang harus bergerak secara simultan untuk program Link and Match yaitu perguruan tinggi sebagai lembaga pendidikan, dunia kerja (perusahaan) dan pemerintah. Dari ketiga komponen tersebut peran lembaga pendidikan menjadi faktor penentu dan merupakan syarat terpenting. Dibutuhkan kreativitas dan kecerdasan pengelola lembaga pendidikan untuk melakukan riset ke dunia kerja.

Berdasarkan penelitian salah satu perguruan tinggi di Indonesia diketahui bahwa keahlian (kompetensi) yang paling banyak dibutuhkan dunia kerja adalah kemampuan dalam bidang komputer, berkomunikasi dalam bahasa Inggris, dan kemampuan akuntansi. Selain itu, lembaga pendidikan harus mampu memprediksi dan mengantisipasi keahlian (kompetensi) apa yang diperlukan dunia kerja dan teknologi yang akan datang atau materi yang diajarkan harus sesuai dengan tuntutan dunia kerja yang sesungguhnya walaupun tidak harus mengubah seluruh mata pelajarannya. Harus ada materi pelajaran yang berguna bagi yang termotivasi untuk melanjutkan studi ke jenjang strata yang lebih tinggi. Sebab tidak semua peserta didik harus menjadi pekerja.

Secara singkat konsep Link and Match diartikan sebagai upaya peningkatan mutu agar kompetensi siswa sesuai dengan tantangan zaman. Pendidikan tidak hanya sekadar menyiapkan lulusan yang siap training, siap dimodifikasi, dan siap ditambahkan ilmu. Industri menginginkan lulusan yang siap pakai, siap bekerja dan sebagainya.

 

Sinkronisasi

Sejak tahun 1989 Kemendikbud terus mengembangkan program ini dengan meningkatkan relevansi dunia pendidikan dengan kebutuhan dunia kerja, terutama untuk industri. Adanya perubahan paradigma dan orientasi dunia pendidikan yang tidak lagi supply minded tapi lebih berorientasi pada demand minded atau berdasar pada kebutuhan pasar tenaga kerja. Salah satu strategi dalam kebijakan Link and Match adalah model penyelenggaraan Pendidikan Sistem Ganda (PSG).

PSG merupakan suatu bentuk penyelenggaraan pendidikan keahlian profesional yang memadukan secara sistematik dan sinkronisasi antara program magang langsung di dunia kerja dan ini adalah strategi proaktif yang menuntut sikap dan pola pikir serta fungsi pelaku pendidikan dengan dunia industri. Program pendidikan PSG direncanakan, dilaksanakan dan dievaluasi bersama secara terpadu antara dunia pendidikan dan dunia industri sehingga fungsi operasional di lapangan dilaksanakan bersama antara peserta didik, tenaga pengajar dengan manajemen perusahaan. Untuk itu perlu diciptakan adanya keterpaduan antara fungsi tenaga pengajar dan instruktur sebagai pelaku pendidikan yang terlibat langsung dalam pelaksanaan PSG di lapangan secara kondusif.

PSG mensinkronkan kurikulum yang terdapat di dunia pendidikan dengan kompetensi yang diharapkan oleh industri. Sinkronisasi kurikulum dapat tercapai apabila kerja sama antara dunia industri dengan dunia pendidikan terjalin dengan baik. PSG juga bertujuan untuk membentuk disiplin, mental kerja dan sikap kerja positif siswa yang positif. Kualitas ini akan bermanfaat ketika siswa terjun ke dunia industri sepenuhnya.

Menjalankan Link and Match bukanlah hal yang sederhana. Idealnya ada tiga komponen yang harus bergerak simultan untuk mensukseskan program ini yaitu institusi pendidikan, perusahaan dan pemerintah.

Adapun peran pemerintah dalam menerapkan Konsep Link and Match diwujudkan berupa:

1.      Memfasilitasi lembaga pendidikan formal agar menjalin relasi dengan banyak perusahaan agar bersedia menjadi arena belajar kerja bagi siswa. Ini agar lulusan tidak hanya siap secara teori tetapi juga siap secara paktik.

2.      Pemerintah seharusnya serius menjaga iklim keterkaitan dan mekanisme implementasi ilmu dari lembaga pendidikan formal ke dunia kerja sehingga diharapkan program Link and Match ini berjalan dengan baik dan semakin mampu membawa manfaat bagi semua pihak.

Diharapkan semua stakeholders dunia pendidikan bersedia membuka mata dan diri dan mulai bersungguh-sungguh menjalankannya. Lembaga pendidikan formal harus lapang dada menerima bidang keahlian (kompetensi) yang dibutuhkan dunia kerja sebagai materi kuliah utama.

3.      Pemerintah bukan hanya memperhatikan lembaga formal saja, akan tetapi juga memperhatikan lembaga pendidikan non-formal seperti tempat-tempat khusus yang akan memberikan bekal keterampilan agar masyarakat juga dapat memasuki dunia kerja yang sesungguhnya sesuai dengan jenis keterampilan yang dimilikinya dan menyediakan fasilitas pendukung misalnya mesin jahit, bengkel dan fasilitas lain yang mendukung bidang pekerjaan masing-masing.

4.      Dalam rangka mensukseskan program Link and Match, pemerintah juga perlu mengadakan pendekatan sosial yang didasarkan atas keperluan masyarakat saat ini yang menitikberatkan kesempatan mendapatkan pendidikan dan juga pendekatan ketenagakerjaan. Perencanaan pendidikan (vokasi) diarahkan kepada usaha untuk memenuhi kebutuhan akan tenaga kerja yang terampil untuk pembangunan, baik di sektor pertanian, perdagangan, industri, dan lain sebagainya, secara berkala dan berkesinambungan.

5.      Pemerintah harus berperan sebagai penengah. Artinya harus mampu memetakan mata pelajaran/kuliah yang sesuai dengan kebutuhan dunia kerja agar tidak terjadi mismatch.

6.      Dalam Ajaran Islam, perhatikanlah Al-Quran surat al-An’am ayat 135 yang artinya: “Hai kaumku, berbuatlah/bekerjalah sepenuh kemampuanmu. Sesungguhnya aku pun berbuat/bekerja pula. Firman Allah dalam Al-Quran surat ar-Rum ayat 30 juga menyebutkan, yang artinya:” (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu.” Dalam hadis Nabi Muhammad SAW juga mengatakan bahwa apabila suatu urusan diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya, “maka tunggullah akan kehancurannya.”

Ini semua akan mengingatkan bahwa dalam melaksanakan program Link and Match selain mengacu kepada pengembangan fitrah/potensi/ bakat anak yang nantinya mampu bekerja dengan kemampuan/ berdasarkan potensi. Kepuasan dalam bekerja bukan hanya seberapa banyak hasil berupa finansial/uang, akan tetapi yang lebih penting lagi bahwa orang yang bekerja mendapat kepuasan bathin karena memilih bidang pekerjaan sesuai dengan latar belakang pendidikannya yang ada. Juga dalam menjalankan proses pendidikan agar dapat diterima di dunia kerja/dunia industri, maka kurikulum yang digunakan dalam proses pembelajajarannya harus mengacu lima kompetensi.

Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhajir Effendy (sekarang Menko PMK) menilai pendidikan Indonesia perlu merevisi kurikuklum dengan menambahkan lima kompetensi yang dimiliki oleh peserta didik agar mampu bersaing dalam era Revolusi Industri 4.0.

Kelima kompetensi itu dianggap sebagai modal penting tersebut adalah:

1.      Kemampuan berpikir kritis;

2.      Memiliki kreativitas dan kemampuan inovatif;

3.      Kemampuan dan keterampilan berkomunikasi yang baik;

4.      Kemampuan kerja sama; dan,

5.      Memiliki kepercayaan diri yang tinggi.

Untuk menghadapi perkembangan zaman pada era revolusi 4.0, para pelaku pendidikan serta kebudayaan juga harus sigap dalam menyesuaikan diri dengan berbagai perkembangan yang ada. Diperlukan reformasi sekolah, peningkatan kapasitas, profesionalisme guru, kurikulum yang dinamis, sarana dan prasarana yang andal dan teknologi pembelajaran yang mutakhir untuk siap menghadapi era revolusi 4.0. Kita akan melihat siapa yang akan unggul dalam persaingan kerja di masa depan.

 

Kompetensi Plus Adab

Selanjutnya Program Link and Match akan berjalan dengan lebih baik dan sukses jika meningkatkan kompetensi/kemampuan pribadi dalam Pendidikan Karakter yang dijalani yaitu proses pembelajaran yang lebih menekankan tatap muka dari pada dunia digital.

Mari kita lihat informasi berikut ini tentang Pendidikan Berkarakter. Saya pernah mendapatkan informasi bahwa teman saya bernama Iqri Silizar yang mengetahui bahwa ada masalah dalam pendidikan secara digital. Jepang baru saja mengucurkan dana dalam jumlah besar untuk sebuah start up pendidikan yang mulai terkenal di negeri ini. Sebagai orang tua dari anak yang menatap masa depan sungguh saya terpesona dengan fitur start up itu yang cukup canggih dan sesuai dengan model belajar cepat jika menggunakan media visual dan memutuskan berlangganan 1 tahun 2 akun sekaligus.

Rekan bisnis saya itu kemudian bercerita tentang gagalnya perusahaan start up yang lain mendapatkan dana dari pemodal Malaysia, yang ternyata masih memegang erat konsep pendidikan, bahwa pendidikan itu adalah bukan sekadar transfer ilmu, tapi ada nilai-nilai yang harus dipindahkan dari pendidik kepada anak didik. Apa saja nilai-nilai itu? Dia berupa karakter (sikap, adab dan lain-lain) yang tidak mungkin bisa ditularkan tanpa tatap muka.

Penulis mendapat pelajaran bahwa pendidikan itu pada intinya adalah usaha menyadarkan diri sendiri sebagai agar menjadi lebih baik. Menjadi lebih baik tergantung pada dua istilah utama yaitu karakter dan kompetensi. Bagaimana karakter yang hendak bisa dituju? Oleh sebab itu, iman dan takwa menjadi salah satu tujuan pendidikan nasional. Terus bagaimana dengan kompetensi yang kemudian menghasilkan lulusan yang cocok dengan lapangan kerja, link and match, dan lain-lain?

Kompetensi sangat penting, tetapi biasanya akan terkait dengan yang lain, semisal pengangguran itu bukan semata karena pendidikan, tapi ada sebab lain. Lalu apa pentingnya kita bicara karakter? Banyak masalah negeri ini, seperti korupsi, kerusuhan di mana-mana, kriminalitas, yang kesemuanya itu berakar dari karakter buruk. Oleh sebab itu pendidikan hendaknya menghasilkan manusia yang utuh sesuai dengan kodrat penciptaan manusia, bukan sekadar bermuara pada pasar di mana mereka akan bekerja hanya sebagai baut-baut industri kapitalis atau birokrasi. Berbicara pendidikan harus dimulai dari urutan filosofis, konsepsi, strategi dan terakhir alat. Alat-alat itu sekarang bisa berupa teknologi digital dan lain-lain.

Akhirnya pendidikan memang tidak sebatas kompetensi, tetapi dalam bekerja seharusnya punya karakter yang baik seperti menepati janji, tepat waktu, disiplin, adab berkomunikasi. Semoga hal ini disadari oleh semua pihak di Negeri ini dalam mengambil langkah kebijakan pelaksanaan program Link and Match yang tujuannya untuk mensejah- terakan umat yang ada di muka bumi ini.

Semoga tulisan ini dapat bermanfaat terutama bagi yang menjalani proses pendidikan demi mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan tuntutan dunia usaha/dunia industri sesuai dengan cita-cita atau tujuan Pendidikan Nasional dan mengetuk pintu hati pemerintah yang terkait dalam hal ini Dinas Pendidikan yang menjalankan Program Link and Match dengan benar dan profesional.

Terima kasih.

 

Tabrani Lubis

Penulis adalah guru Pendidikan Agama Islam SMK Negeri 1 Selat Nasik, Koordinator Organisasi dan Kelembagaan Asosiasi Guru Pendidilkan Agama Islam Indonesia (AGPAII)

Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow

Sahabat Guru Inspirasi Indonesia Maju