Guru Teladan dalam Literasi

Mar 30, 2023 - 03:29
 0
Guru Teladan dalam Literasi
Foto ilustrasi oleh tirachard di Freepik

Guru memegang peranan yang amat sentral dalam pembiasaan, pengembangan dan pembelajaran budaya literasi di sekolah. Guru sebagai contoh dan teladan bagi peserta didik dalam literasi. Tidak akan tercapai tujuan literasi jika guru belum tumbuh budaya literasinya sendiri. Guru-guru yang sudah membiasakan, mengembangkan dan membelajarkan literasi bisa dikatakan sebagai guru yang literat. Guru yang selalu berupaya agar di dalam dirinya tumbuh semangat belajar dan membelajarkan peserta didik.

Pengenalan buku dalam dunia pendidikan merupakan sebuah keharusan. Membiasakan peserta didik mencintai buku merupakan langkah awal menuju bangsa yang cerdas. Peserta didik aset bangsa perlu terbiasa dengan buku. Buku bukan lagi sebuah barang yang menakutkan untuk dikenali dan dibaca tentunya. Peserta didik yang cinta buku sebenarnya mencintai masa depannya dan masa depan bang- sanya. Keberadaan buku terus berkembang baik jumlah maupun cetakannya. Sekarang buku tidak hanya konvensional namun ada juga yang digital (elektronik). Hal ini patut disyukuri karena secara tidak langsung mempercepat penyebaran ilmu pengetahuan. Buku sebagai bagian dari kehidupan masyarakat digital. Kegemaran untuk membacanya perlu dibiasakan. Sebuah buku merekam perjalanan pemikiran anak-anak bangsanya. Buku membuka kisah bangsa masa lampau yang bisa dijadikan jembatan ke masa depan. Buku mencatat pemikiran-pemikiran anak-anak bangsa. Buku adalah simbol bangsa terpelajar. Sekolah tidak cukup mengandalkan perpustakaan sekolah saja. Pojok-pojok buku atau taman-taman buku perlu dibangun dalam sebuah sekolah. Ruang-ruang baca perlu diperbanyak hingga keterpilihan terhadap bacaan semakin beragam. Guru dan peserta didik bisa terlibat secara intens dalam membaca.

Dunia pendidikan selalu berkembang dengan cukup pesat. Pendidikan konvensional bersaing dengan pendidikan digital. Dunia pendidikan yang belum memaksimal buku baik digital maupun konvensional tentu akan selalu tertinggal. Harus diakui semangat membaca perlu kerja keras untuk membangunnya. Tidak hanya kewajiban pemerintah, namun juga keterpanggilan dunia swasta dan lembaga terkait. Semua harus bisa memantik semangat membaca buku. Menjadikan buku sebagai sahabat yang paling setia. Budaya literasi kita diakui masih lemah. Melihat kenyataan tersebut, seorang guru beserta tenaga terkait lainya selalu berupaya mengoptimalkan budaya literasi tumbuh dan bisa menjadi bagian dari proses pembelajaran. Ada tiga tahap literasi mulai dari (1) pembiasaan, (2) pengembangan, dan (3) pembelajaran (Permendikbud Nomor 23 Tahun 2015 tentang Pendidikan Budi Pekerti).

Pembiasaan ini sebagai tonggak awal menumbuhkan semangat mengisi diri dengan kebiasaan membaca dan menulis hingga menjadi sebuah pembiasaan. Makanya, pemerintah memberikan waktu lima belas menit membaca. Jika ini sudah terwujud, ada semacam keterpanggilan baik itu dari peserta didik maupun guru untuk selalu mengisi dirinya dengan membaca. Waktu lima belas menit ini sebelum kegiatan pembelajaran dimulai. Bukan mengambil jam pelajaran di kelas yang rata-rata 40 sampai 45 menit setiap jam pembelajaran.

Langkah kedua, sebagai pengembangan, guru beserta peserta didik berupaya mengembangkan kompetensi dirinya. Meningkatkan kemampuan literasi melalui kegiatan menanggapi buku pengayaan (ada tagihan non-akademik). Guru dan peserta didik melakukan kegiatan berupa diskusi buku syukur kalau bisa ada semacam bedah buku atau meresensi buku. Pendalaman keilmuan dan penerapan ilmu-ilmu kebahasaan maupun keterampilan berbahasa akan terjadi jika guru bersama peserta didik mampu melakukan diskusi mengenai sebuah buku.

Tahap pembelajaran akan bisa terwujud jika guru bersama peserta didik sudah melewati dua langkah di depan (pembiasaan dan pengembangan). Pada tahap ini, guru dan peserta didik sudah memiliki semangat untuk selalu mengisi dan memperdalam keilmuannya. Meningkatkan kemampuan literasi pada semua mata pelajaran: menggunakan buku pengayaan dan strategi membaca di semua mata pelajaran (ada tagihan akademik). Guru sudah bisa meminta tagihan berupa tugas-tugas yang bisa dinilai oleh seorang guru, misalnya peserta didik sudah bisa menulis sebuah laporan perjalanan atau menulis kisah hidup seorang tokoh dari beberapa sumber. Peserta didik bisa ditugasi menanggapi tulisan yang dimut di media massa. Jika ini terwujud berarti akan terjadi transfer ilmu pengetahuan dalam diri peserta didik.

Guru agen literasi di sekolah. Anak didik yang melihat secara langsung gurunya literat suka baca-tulis akan bisa mempengaruhi hidupnya bahkan bisa jadi peserta didik akan melampaui literasi gurunya karena perkembangan teknologi dan informatika serta perbukuan yang semakin berkembang. Sederhananya sebelum menyuruh peserta didik membaca sebuah buku, guru yang terbiasa membaca dan menulis akan memberikan motivasi dan stimulus pada peserta didik. Peserta didik tidak jauh-jauh mencari teladan mengenai budaya baca-tulis (Keniten, 2017).

Hal ini akan berdampak positif. Pertama, dalam pembelajaran akan terjadi dialog yang konstruktif dengan peserta didik. Kedua, pembelajaran di kelas semakin hidup hingga peserta didik memeroleh makna dari pembelajaran yang berlangsung saat itu. Ketiga, sikap-sikap kritis akan terbangun setahap demi setahap karena peserta didik sudah dilatih dan dibiasakan berpikir kritis dan bertanggung jawab. Keempat, peserta didik akan bisa membedakan sebuah tulisan yang jelas dengan tulisan yang bohong (hoax). Kelima, sikap-sikap terbuka akan tumbuh dalam diri peserta didik. Artinya, mau menerima pendapat temannya yang berbeda dengan pendapatnya. Keenam, nilai-nilai sosial akan terbangun sebagai ajang menyiapkan peserta didik memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi ataupun bergaul dalam kehidupan sosial di masyarakat.

Guru literat mampu mengembangkan kompetensi peserta didik menjadi literat. Di sekolah, guru teladan yang terdekat bagi peserta didik. Peserta didik dapat belajar lansung budaya literasi yang dikembangkan oleh seorang guru. Untuk itu, jadilah guru yang literat.

 

Ida Bagus Wayan Widiasa Keniten

Penulis adalah pengawas Disdik Provinsi Bali, bertugas di Kabupaten Klungkung,

pemenang pertama guru berprestasi tingkat Nasional 2013,

menulis beberapa buku baik karya sastra maupun kajian sastra.

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow

Sahabat Guru Inspirasi Indonesia Maju