Ganggu Psikologis Anak! Ini Akselerasi Literasi Digital yang Mencerdaskan
Literasi digital yang tidak baik bisa mengganggu pada psikologis remaja. Hal ini diakibatkan oleh emosi anak dan remaja yang masih labil.
Anak dan remaja dalam menerima informasi belum mempunyai filter yang bagus, mereka menerima secara instan karena tidak didasari tentang kebenaran dan tahu asal-usul informasi tersebut. Ketidakmampuan anak dan remaja mengartikan literasi digital berakibat pada watak dan sikap anak dan remaja.
Literasi digital dimaknai sebagai skill memahami, menganalisis, mengatur, mengevaluasi informasi dengan memakai teknologi digital. menurut Deakin University’s Graduate Learning Outcome, mengungkapkan bahwa literasi digital adalah upaya memanfaatkan teknologi dalam menemukan, menggunakan, dan menyebarluaskan informasi dalam dunia digital seperti saat ini.
Dalam konteks pendidikan literasi digital yang baik diperlukan untuk menambah wawasan yang diminati anak dan mendorong rasa ingin tahu serta kreativitas anak.
Melansir dari jurnal tulisan Mustofa dan Budiwati yang berjudul “Proses Literasi Digital Terhadap Anak: Tantangan Pendidikan di Zaman Now” secara fundamental untuk mencerdaskan anak bangsa perlu juga membuat kebijakan akselerasi literasi digital dengan beberapa tahapan, yaitu:
1. Sumber Literasi yang Beragam.
Literasi tidak sebatas membaca dari bahan bacaan berupa buku, melainkan harus lebih jauh yaitu berupa bahan digital. Literasi tidak melulu sebuah aktivitas baca dan tulis, tetapi juga keahlian berasumsi memakai bahan-bahan pengetahuan berjenis buku cetak, bahan digital dan auditori. Pemahaman pola literasi ini perlu diberikan kepada masyarakat.
2. Akses Jaringan Internet
Kemudahan akses jaringan internet di seluruh daerah menjadi hal wajib. Walaupun saat ini adalah eranya “dunia maya”, tetapi tidak sedikit daerah di nusantara ini yang tidak dapat menelusuri melalui peranti komputer dan internet. Dengan mempersiapkan penelusuran peranti komputer dan internet, sehingga literasi akan semakin gampang.
3. Penerapan Rancangan Literasi di Seluruh Institusi Pendidikan.
Kemendikbud menyimpulkan gerakan literasi secara komprehensif. Yaitu literasi dasar, literasi perpustakaan, literasi media, literasi teknologi dan literasi visual.
Sejauh ini, yang bisa menelusuri tentang pengetahuan literasi sebatas murid, mahasiswa, petugas perpustakaan, guru, dosen dan lainnya. Maka aktivitas literasi yang dicanangkan Kemendikbud seharusnya dapat lebih dimotivasi. Berawal dari aktivitas literasi di lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan aktivitas literasi berskala nasional.
4. Tumbuhkan Jiwa Kritis
Membangkitkan rasa kritis dengan selalu mencari tau fakta/kebenaran ilmu pengetahuan. Hal tersebut wajib terlaksana dalam aktivitas baca tulis yang diselaraskan dengan verifikasi, baik membaca bahan digital ataupun manual.
5. Menumbuhkan Budaya Membaca.
Masyarakat wajib memperbarui pola kehidupannya yang dimulai dari kebiasaan tutur kata menjadi kebiasaan membaca. Banyak dari masyarakat tidak memiliki budaya baca disebabkan alasan sibuk mencari harta, tidak gemar membaca, dan belum menemukan bahan untuk dibaca. Bahkan, mereka belum mengetahui bahan bacaan yang bermutu itu yang seperti apa.
Dengan cinta membaca anak akan mengonsumsi informasi secara utuh. Anak akan selalu mencari tahu dan tidak setengah-setengah dalam mengonsumsi informasi. Lambat laun anak akan dapat membedakan mana informasi yang benar dan masuk akal serta berkualitas.
Galih N.
Referensi:
Wida Kurniasih, (2021). Pengertian Literasi Digital: Komponen, Manfaat, dan Upaya Peningkatan. Gramedia.com. https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-literasi-digital/
Mustofa dan Budiwati, (2019). Proses literasi digital terhadap anak:
Tantangan pendidikan di zaman now. Pustakola: Jurnal Kajian Informasi dan Perpustakaan (11) 1, 115-130.
What's Your Reaction?