Disiplin Tak Sama Dengan Kekerasan , Tegakkan Otoritas dengan Bijak dan Humanis

Banyak guru yang menyamakan disiplin dengan kekerasan, padahal kedua hal ini jelas merupakan hal yang sangat berbeda. Kekerasan sendiri justru hanya akan menambah masalah baru bagi murid sehingga guru harus meninggalkan segala praktek kekerasan

Aug 8, 2023 - 06:32
Aug 4, 2023 - 07:03
 0
Disiplin Tak Sama Dengan Kekerasan , Tegakkan Otoritas dengan Bijak dan Humanis
Foto ilustrasi di Freepik

Dalam ranah pendidikan, tak terhindarkan bagi institusi-institusi pendidikan untuk menjalankan proses pendisiplinan terhadap para peserta didik. Disiplin menjadi pondasi penting dalam pembentukan karakter dan sikap yang baik. Namun, pendekatan pendisiplinan di sekolah tidak selalu berkaitan dengan aturan tertulis atau ancaman hukuman atas pelanggaran. Hal-hal sepele seperti pemakaian seragam seragam secara konsisten atau partisipasi dalam upacara bendera, sebenarnya juga menjadi bagian dari pendisiplinan di lingkungan sekolah. Namun, disayangkan ketika pendisiplinan dikaitkan dengan konsep kekerasan. Ironisnya, konsep tersebut tidak seharusnya menjadi sinonim satu sama lain. Kekerasan bukanlah jalan yang bijak dalam membentuk karakter murid. Lebih baik, kita fokus pada metode yang lebih efektif dan berdampak positif dalam jangka panjang, tanpa meninggalkan trauma bagi anak-anak kita.

Penting bagi para pendidik untuk memahami bahwa tujuan pendisiplinan adalah untuk mencegah pelanggaran aturan dan mendorong peserta didik untuk menjalankan tanggung jawabnya sebagai bagian dari komunitas belajar. Pendidik juga harus menyadari bahwa murid yang nakal tidak seharusnya diperlakukan dengan kasar, mengingat mereka masih dalam tahap perkembangan dan pembentukan pribadi yang kritis. Penggunaan kekerasan sebagai metode pendisiplinan bukanlah pilihan yang bijak, baik dalam bentuk fisik seperti hukuman fisik atau mengharuskan mereka berlari di lapangan, maupun dalam bentuk psikologis seperti ejekan atau ancaman. Mengapa kita harus membiarkan generasi muda yang tengah berkembang mendapat perlakuan kasar dan mengira itu adalah cara yang benar? Pengalaman semacam itu bisa merubah karakter mereka, membuatnya menjadi pribadi yang tertutup atau bahkan lebih agresif dan kasar. Alih-alih menciptakan karakter yang tangguh, penggunaan kekerasan hanya akan melukai hati dan mental mereka.

Dalam konteks ini, penting untuk mencatat bahwa tindakan baik yang dilakukan oleh seorang murid setelah mengalami kekerasan sebagai bentuk "pendisiplinan" biasanya hanya sekedar topeng untuk mengakhiri situasi tersebut. Membenarkan kekerasan dengan dalih bahwa ini adalah cara yang efektif dan telah dilakukan oleh generasi sebelumnya adalah tindakan yang tidak bisa dibenarkan. Kekerasan akan membawa dampak jangka panjang yang akan membentuk kondisi psikologis murid ke depan, meskipun mungkin pada pandangan awal mereka terlihat baik-baik saja. Pendidik yang mengambil tindakan kekerasan pada akhirnya tidak jauh berbeda dengan tindakan perundungan yang hanya akan merusak karakter dan mental para murid.

Pendekatan yang seharusnya diambil oleh para pendidik adalah memberikan pendisiplinan yang tidak meninggalkan trauma, baik secara fisik maupun psikologis, namun tetap memiliki dampak jangka panjang yang positif. Salah satu langkah yang dapat diambil adalah dengan mencapai kesepakatan bersama antara guru dan murid mengenai aturan-aturan yang harus diikuti dalam proses pembelajaran. Pendekatan ini juga harus diikuti dengan penerapan pendisiplinan yang humanis namun tetap tegas, agar pelanggaran aturan tidak diulang kembali. Misalnya, bisa diciptakan sebuah perjanjian tertulis yang mencantumkan konsekuensi dari pelanggaran aturan, seperti tidak diizinkan mengikuti kegiatan ekstrakurikuler atau tidak naik kelas.

Selain itu, sebaiknya kita hindari memberikan label negatif pada murid, seperti "si nakal" atau "si bodoh". Label semacam ini dapat membentuk persepsi diri yang merugikan dan berdampak buruk pada perkembangan murid. Penting juga untuk berkolaborasi dengan guru bimbingan konseling dan pihak sekolah dalam menghadapi masalah ketidakdisiplinan yang lebih kompleks, seperti gangguan perilaku atau perkumpulan pelajar nakal. Dalam situasi tertentu, dukungan dari profesional seperti psikolog anak dan remaja juga bisa diundang untuk memberikan intervensi yang lebih mendalam. Peran orang tua juga tidak kalah pentingnya. Mereka perlu memahami bahwa pendisiplinan adalah bagian dari upaya mencapai tujuan pendidikan, selama itu dilakukan dengan cara yang bijak dan tanpa kekerasan.

Sekali lagi, penting untuk dicatat bahwa pendisiplinan adalah hal yang mutlak diperlukan dalam dunia pendidikan. Namun, kekerasan bukanlah alat yang tepat untuk mencapai tujuan tersebut. Sejarah masa lalu tidak dapat dijadikan pembenaran atas tindakan yang tidak bijaksana. Setiap bentakan atau tindakan kasar yang diberikan kepada murid dapat menjadi beban berat yang terus menghantui mereka di masa depan. Kita harus mengajarkan disiplin dengan penuh kasih sayang, membentuk karakter tanpa meninggalkan luka, dan menciptakan generasi yang kuat tanpa trauma.

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow

Darma Putra Kusuma Wijaya Saya adalah mahasiswa jurusan Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan, Universitas Gadjah Mada. Saat ini saya memiliki ketertarikan dalam isu pendidikan di Indonesia